Kebakaran hutan telah berlangsung beberapa bulan, menghasilkan asap yang meluas jauh dari sumbernya. Salah satu dampak yang perlu perhatian serius adalah pengaruhnya terhadap kesehatan, terutama kesehatan paru dan saluran napas. Karena fungsinya untuk pernapasan, paru merupakan satu-satunya organ dalam tubuh manusia yang selalu kontak dengan dunia luar. Salah satu upaya melindungi saluran napas agar terhindar dari dampak asap kebakaran hutan adalah mengenakan masker. Beberapa upaya lain agar terhindar dari dampak kabur asap bisa dilihat di sini.
Saat ini ada sebagian masyarakat yang meragukan atau belum mengerti manfaat masker, bahkan masker tertentu malah berbahaya bagi pernapasan. Karena itu perlu informasi ilmiah berdasarkan sumber yang bisa dipercaya.
Berikut Penjelasan penggunaan masker oleh Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI)
1. Komponen asap kebakaran hutan terdiri atas: GAS (
CO, CO2, NOx, SOx, Ozone dan lainya), PARTIKULAT (PM10, PM2.5, Ultrafine
particles) dan UAP. Masing masing memiliki dampak terhadap kesehatan. Sampai
saat ini tidak ada satupun Jenis masker/respirator yang dapat memproteksi
terhadap semua komponen GAS dari asap kebakaran hutan
2. Sesuai dengan konsep pencegahan primer, sekunder
dan tersier di dalam hubungannya dengan risiko kesehatan akibat pajanan bahan
berbahaya termasuk asap kebakaran hutan, penggunaan alat pelindung diri seperti
masker / respirator direkomendasikan untuk digunakan oleh orang-orang yang
terpajan asap kebakaran hutan.
3. Masker ataupun respirator didesain untuk
mengurangi pajanan partikulet (PM)
4. Penggunaan masker bedah (surgical mask) pada
kasus kebakaran hutan memiliki manfaat untuk mengurangi pajanan masuknya
partikel ke dalam saluran napas . Berdasarkan penelitian / literatur masker
bedah didesain untuk memfilter partikel yang besar tetapi tidak untuk partikel
yang kecil, penetrasinya sekitar 60-70% partikel masih dapat masuk ke saluran
napas
5. Sehubungan dengan penggunaan respirator.
a. Terdapat banyak jenis respirator, yaitu air
purifying device dan air supplying device. Air purifying device memiliki
beberapa jenis seperti N100, N95, R100, P100 dan lainnya yang didasarkan pada
kemampuannya memfiltrasi partikel.
b. Masker N95 merupakan masker yang cukup baik
karena dapat menghalangi 95% partikel yang masuk (terutama PM10) JIKA:
digunakan dengan teknik dan cara yang tepat (dibutuhkan individuality fit
test). Beberapa penelitian penggunaan masker N95 dan masker bedah tidak berbeda
bermakna dari segi kejadian ISPA akibat pajanan asap kebakaran hutan. Hal ini
berhubungan dengan teknik penggunaan masker N95 yang tidak tepat. Sehingga
manfaatnya hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa. JIKA digunakan
dengan teknik dan cara yang benar, masker N95 dapat mengurangi gejala
pernapasan yang timbul akibat pajanan asap kebakaran.
c.
Penggunaan
masker N95 mempunyai keterbatasan berupa ketidaknyamanan penggunaannya dan
penggunaannya terbatas maksimal hanya 8 jam (disposable).
d. Penggunaan masker N95 berdasarkan literatur
direkomendasikan pada kondisi berikut ini:
i.
Seseorang
yang harus berada diluar ruangan saat kondisi asap cukup pekat ( dilihat dari
kualitas udara. PM10 atau ISPU)
ii.
Dengan syarat
harus dengan “ individual fit test” agar kemampuan proteksinya terjamin dengan
baik
e. Penggunaan masker N95 tidak direkomendasikan pada
:
i.
Di dalam rumah
ii.
Anak-anak
iii.
Ibu hamil
iv.
Orang tua
(lansia)
v.
Pasien
dengan penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronik.
Penelitian tentang penggunaan berbagai jenis masker pada kondisi
kebakaran hutan masih terus berjalan
.
Demikian keterangan dari kami, semoga bermanfaat.
Jakarta, 8 Oktober 2015
Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR
Sekretaris Umum PDPI
Demikian keterangan dari kami, semoga bermanfaat.
Jakarta, 8 Oktober 2015
Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR
Sekretaris Umum PDPI
Rujukan :
·
CDC/ BC
centre for disease control. Evidence review : using mask to protect public
health during wildfire smoke events. March 2014.
·
Brewer M. Health impact of biomass air
pollution. WHO. 2005
·
Schwela D. Fire disaster: The WHO-UNEP-WMO
health guidelines for vegetation fire events. Ann Burn Fire Disaster. 2001;
14(4):197-9
·
Kunii O,
Kanagawa S, Yajima I, Hisamatsu Y, Yamamura S, Amagai T, et al. The 1997 Haze
Disater in Indonesia: Its Air Quality and Health Effects. Arch Environ Health
Int J. 2002; 571):16-22
·
Mott JA,
Meyer P, Mannino D, Redd SC, Gotway-Crawford C, et.al. Wilddland forest fire
smoke: Health effects and intervention evaluation, Hoopa, California, 1999.
West J Med. 2002 May. 176(3): 157-62
·
American
Thoracic Society. Respiratory Protection Guideline. Am J Respir Crit Care
1996;154:1153-1165
Tidak ada komentar:
Posting Komentar